Rasa kecewa
dan kaget seketika menghampiri raga ini. Entah kenapa mendengar kata yang
terucap dari mulut dia yang kusebut sebagai sahabat tiba-tiba aku terbengong.
Aku tidak membencinya karena dia dekat dengan seorang lelaki yang saat ini
sedang dekat denganku. Cukup rasa kecewa yang kuutarakan lewat tingkahku.
Sebenarnya aku gak tega ninggalin dia pas dia lagi berjuang untuk mengikuti tes
pekerjaan. Tapi, apalah daya rasa ini semakin meraung-raung didalam dada.
Segitu kejamnya kah dia yang kusebut sebagai sahabat? Pernahkah dia berfikir
atas rasa orang lain? Entah aku tak pernah mengerti soal itu. Aku benci sunguh!
Untuk apa? Sudah berapa kali? Berapa orang? Hai teman, tanpa kamu sadar kamu
sudah berkali-kali membuat banyak sahabatmu terluka karena tingkah tololmu.
Tanpa kamu sadari pula sahabatmu selalu nutupin itu semua didepanmu, karena dia
sadar persahabatan jauh lebih berharga ketimbang meributkan hal bodoh. Tapi,
mau sampai kapan kau akan teruskan semua ini? sampai kau menemukan yang
sempurna? Atau kau akan menunggu kebahagiaan sahabatmu hancur? Sepertinya kamu
tidak akan sadar. Haruskah aku memukulmu,mencupit lenganmu,atau bahkan menarik
rambutmu agar rasa kecewaku terobati. Haruskah aku berbalas dendam seperti itu
kepadamu wahai sahabat?
Aku
capek gatau lagi apa yang mesti ku perbuat. Dunia seakan sempit kemana jejakku
melangkah pasti disitu kutemui engkau. Haruskah kejadian ini bakalan terulang?
Cukup sabar dan ikhlas yang mungkin harus kudapatkan dengan perubahan yang saat
ini terjadi. Belum puaskah kau merubah karibku dan sekarang kau akan merubah
orang yang sedang dekat denganku? Jahat! seberapa bencinya kah kau kepadaku
sampai kau meraut kebahagiaanku. Bukankah yang namanya sahabat itu saling
melengkapi, saling melindungi, bahkan saling mengasihi. Tapi kenapa kau tega
goreskan pisau itu kepada sahabatmu ini? sebenarnya aku gak nuntut banyak
dengan adanya kejadian ini. Pesenku, jangan ulangi lagi. Karena untuk
membencimu jiwa ini gak bakalan sampai karena aku sadar kamu sahabatku.
Bibit-bibit
kecil yang akan merangkak tinggi dan tiba-tiba datang hama yang akan
menghancurkannya. Bukankah kasihan dia yang sudah susah payah menanamnya?
Impian untuk memiliki bibit besar nan indah pun sirna. Kini tinggalah rasa
sedih dan mungkin dendam yang masih berbenak dalam hati. Tapi maaf aku gak
sejahat kamu, karena aku masih punya hati. Tapi, hati rasanya ingin menghukummu
dan melihat kamu mendapatkan pembalasan yang setimpa atas sikapmu. Dan
seandainya balas dendam itu kulakukan, trus apa bedanya aku sama dia? Balas
dendam bukanlah jalan terbaik untuk menyelesaikan permasalahan. Balas dendam
akan menambah masalah dan mungkin dapat menghancurkan persahabatan. Karena yang
aku tau what goes up must comes down! Karma! Ya, karmalah yang akan
menunjukkan semuanya, karena Tuhan lebih adil dengan apa yang Ia berikan.
Comments
Post a Comment