Menurutku
menjadi dewasa itu pilihan tapi menurut takdir, dewasa itu pasti datang saat
masanya tiba. Bagiku menjadi dewasa itu menyeramkan karena dengan menjadi
dewasa otomatis umur kita semakin tua dan pengalaman pun ikut bertambah. Dunia seakan semakin sempit. Berpolah pun
kadang tak bisa. Hanya kaki yang kuat yang bisa menginjak bumi indah ini dengan
sejuta keegoisan didalamnya. Sosok yang harus mandiri tapi tetap dalam didikan
orang tua? Bagiku itu sangat sulit. Sempat kefikiran “ pendek banget masa
kanak-kanak itu ya?” Tapi, menjadi dewasa aku jadi tahu arti hidup itu apa.
Bukan permainan yang mempermainkan hidup kita, tapi kitalah yang mempermainkan
hidup. Bukankah seperti itu tugas seseorang yang sudah dewasa? Permainan macam
apa? Sebuah pertanyaan besar yang tiba-tiba muncul dalam fikiranku. Gadis polos
yang masih dalam porsi remaja tahu apa sih tentang permainan hidup. Kenapa
menjadi dewasa identik dengan yang namanya prasaan? Menyebalkan bukan?
Aku
gak pernah tahu menjadi dewasa itu menyenangkah atau malah menyedihkan. Tapi,
seperti halnya yang kulihat semua yang menjadi dewasa begitu
memilukan,menyenangkan,serta merepotkan. Beban yang terpikul semakin berat dan
untuk melepaskannya pun sulit. Aku benci akan dewasa, aku takut perihal jatuh
cinta. Meski aku pernah mengalami sebelumnya. Semua sepertinya sama, berawal
hai dan berakhir bye. Dan satu hal yang paling ku benci jatuh cinta setelah
dewasa adalah hancurnya persahabatan, benarkah? Sedih sahabat hilang satu per
satu gara-gara cinta tumbuh. Pernah ngerasa kehilangan banget pas moment bareng
sahabat yang super gokil,kocak, dan kadang nyebelin. Sekarang hanya tinggal
kenangan yang masih menggelayuti fikiranku. Walaupun aku masih remaja tapi aku
benci semua yang diatas.
Comments
Post a Comment