Terkadang hidup berjalan tidak selalu sesui dengan apa yang kita
harapkan. Hujan datang ketika kita masih membutuhkan panas. Pagi menjelang
ketika kita masih ingin melihat indahnya bulan. Seperti aku dan kamu yang mulai
berjarak jengkal yang tidak terwujud bahkan tidak berwarna. Tapi sangat terasa
memisahkan dua hati yang ingin merajut, tapi tak berdaya bukan hati kita lemah,
tapi keadaan yang belum mengijinkan. Entah apa yang membuat hati ini
tetap bertahan. Seakan semuanya gelap tertutup oleh senyummu. Bodoh memang jika
aku memikirkan kamu,tapi hati ini tidak bisa bohong dengan apa yang dia
rasakan. Beribu-ribu kali ku coba untuk menghapus bayang-bayang darinya namun
sepertinya sangat mustahil. Bayangan itu selalu hadir dalam ingatan
pahitku.
Cinta memang menyakitkan,namun tersimpan kebahagiaan saat kita
bisa dekat dengan dia. Tapi kadang rasa merindu akan kebersamaan itu datang
menghantui. Aku benci akan semuanya,bahkan untuk menentukan hati saja aku tak
sanggup. Betapa kejinya diriku yang selalu memperjuangkannya yang
tidak pernah menganggapku ada. Miris dengan kepingan-kepingan hati yang
bertaburan entah kemana arahnya. Tingkahnya yang selalu membedakan aku dengan
yang lain terlihat jelas di mataku. Bahkan salin sapa pun gak pernah terjadi
mungkin gak akan pernah lagi terjadi. Andai dia tahu apa yang aku rasakan
sekarang masih sama seperti dulu yang pernah kutuliskan pada sebuah dear deary.
Inginku berteriak melampiaskan beban hati yang menggelayuti. Inginku berlari
meninggalkan semua emosi hati. Tapi kini semua seperti sebuah ilusi.
Kini aku seperti separuh jiwa yang sedang mencari sebuah
hati yang mungkin bisa mengasihi diriku. Tak ada alasan untukku membenci,namun
selalu belajar merelakan agar sakitku tak lebih lama. Harapku, ini semua
hanyalah mimpi dalam tidurku. Karena Tuhan telah memberikan sekeping lagi hati
pada seseorang untuk ku menunggunya. Dan ketika nanti datang masanya kamu yang
nyata akan hadir membangunkanku dan membawaku dalam bahagia yang abadi.
Comments
Post a Comment