Rasa kecewa dan kaget seketika menghampiri raga ini. Entah kenapa mendengar kata yang terucap dari mulut dia yang kusebut sebagai sahabat tiba-tiba aku terbengong. Aku tidak membencinya karena dia dekat dengan seorang lelaki yang saat ini sedang dekat denganku. Cukup rasa kecewa yang kuutarakan lewat tingkahku. Sebenarnya aku gak tega ninggalin dia pas dia lagi berjuang untuk mengikuti tes pekerjaan. Tapi, apalah daya rasa ini semakin meraung-raung didalam dada. Segitu kejamnya kah dia yang kusebut sebagai sahabat? Pernahkah dia berfikir atas rasa orang lain? Entah aku tak pernah mengerti soal itu. Aku benci sunguh! Untuk apa? Sudah berapa kali? Berapa orang? Hai teman, tanpa kamu sadar kamu sudah berkali-kali membuat banyak sahabatmu terluka karena tingkah tololmu. Tanpa kamu sadari pula sahabatmu selalu nutupin itu semua didepanmu, karena dia sadar persahabatan jauh lebih berharga ketimbang meributkan hal bodoh. Tapi, mau sampai kapan kau akan teruskan semua ini? sampai kau menemuk